Selasa, 12 Maret 2024

MEMAKNAI TITIK KULMINASI

MEMAKNAI TITIK KULMINASI

_Ilmu hikmah_

Wayan Supadno


Titik kulminasi, arti gramatikalnya titik puncak perjalanan hidup selama setahun. Adanya di akhir tahun. Itulah dalam ajaran Agama Hindu pelaksanaan Nyepi. Hari esoknya adalah Hari Raya Tahun Baru Caka. Hari ini.


Ideal kegiatannya, adalah tiada kegiatan. Nol kegiatan. Utamanya nuansa duniawinya, diistirahatkan. Cipta kondisi 24 jam untuk diskusi dengan " Hati Nurani " nya sendiri. Madep mantep ke hadapan Tuhan Maha Suci.


Agar tujuan itu mudah terwujud, cipta kondisi agar tiada api, baik api nyata maupun api emosi di dalam diri sendiri. Hening dalam kegelapan hingga hadir terang benderang. Cahaya Suci. Terasa teramat indah jika goal itu tercapai.


Saatnya mawas diri. Mulai dari pikiran (manacika), tutur kata (wacika) dan perilaku (kayika). Ajaran Tri Kaya Parisudha. Karena hidup di alam semesta menjabarkan Tri Hita Karana, Taqwa kepada Tuhan, mengasihi sesama manusia dan menjaga alam semesta ciptaan-Nya. 


Hati Nurani jelas suaranya. Hati Nurani titipan Tuhan Yang Maha Suci, menjadi " gembala badan " kita. Hanya saja kita mau atau tidak memberdayakan tersebut. Konkretnya, saat berbuat salah pasti Hati Nurani menolak. Mengingatkan.


Mau diteruskan berbuat salah atau berhenti karena telah diingatkan oleh gembala badan kita, yaitu Hati Nurani. Jika terus berbuat salah, misal korupsi, maka sang badan dan jiwa akan adaptif lalu tidak peduli lagi. Jadilah refleks keseharian. Bebal signal. Tanpa beban.


Sebaliknya, jika mau " korupsi " lalu mau mendengarkan suara Hati Nurani. Agar tidak dilakukan. Ternyata dibatalkan korupsi. Jadilah Hati Nurani, tetap refleks peduli selalu mengingatkan kita. Ini ideal semestinya. Lalu membiasakan diri yang halal saja.


Banyak kisah nyata penuh inspirasi. Hidupnya steril dari korupsi, sehat bahagia dan berkecukupan. Hingga jadi dermawan dikenal masyarakat luas. Orang lain yang bodoh dicerdaskan, yang sulit dimudahkan, yang sakit disehatkan dan seterusnya. Bermanfaat bagi orang lain.


Ilmu hikmah pembelajarannya, ada ribuan tahun sebelum kita lahir dan ribuan tahun setelah kita mati kelak. Hidup kita umumnya hanya puluhan tahun saja. Bagai mampir minum di tengah perjalanan nan panjang. Hanya sejenak saja.


Hidup kita yang hanya puluhan tahun tersebut, rangkaian dari tahun ke tahun. Per tahunnya, ada ujung tahun. Di sanalah Titik Kulminasi. Titik puncak saatnya mawas diri kaji ulang setahun sebelumnya dan merencanakan pada tahun berikutnya agar jauh lebih baik lagi.


Jika kita bisa memberdayakan Hati Nurani. Gembala badan. Dipahami dan dijalani tanpa banyak diskusi. Apalagi saling mengkritisi dan mencaci maki menyakiti hati, tiada arti. Misal, serba salah pada orang lain, kebenaran hanya ada pada dirinya. Ke GR an belaka. Kontra produktif.


Tapi, jika tahu diri bisa mawas diri yang rendah hati. Lalu berkontribusi positif linier konsisten antara pikiran (manacika), perkataan (wacika) dan tindakan (kayika). Tidak boleh hanya 1 atau 2 ruas saja, misal dipikirkan dan dibicarakan saja. Mesti utuh 3 ruas. Apalagi jika bersinergi, jadi luar biasa Indonesia milik kita ini.


Semoga hati kita kembali suci, agar lebih berarti lagi. Dalam keseharian " Tat Twam Asi ", kembalikan ke diri sendiri saat berinteraksi dengan sesama insani. " Kasihi yang di bumi, pasti yang di langit mengasihi kita juga ". Selamat merayakan Hari Suci Nyepi dan Tahun Baru Caka 1946.



Dari Pura Giri Selaka, Alas Purwo, Banyuwangi.


Rahayu 🇮🇩

Wayan Supadno

Pak Tani

HP 081586580630

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2019 Majalah CEO | All Right Reserved