Minggu, 14 Mei 2023

Terkait Keberlanjutan Citarum Harum di Perlukan Komitmen Bersama dan Aksi Nyata di Lapangan

Terkait Keberlanjutan Citarum Harum di Perlukan Komitmen Bersama dan Aksi Nyata  di Lapangan


MAJALAHCEO.COM
,KABUPATEN BANDUNG, -Terkait Keberlanjutan Citarum Harum di Perlukan Komitmen Bersama dan Aksi Nyata  di Lapangan  JAWA BARAT, -DISKUSI mendalam dengan Letjen TNI (Purn) Doni Monardo, mantan Pangdam III Siliwangi salah seorang inisiator dan konseptor program Citarum Harum. Memberi pesan serius untuk mulai memikirkan masa depan penanganan Sungai Citarum, usai berakhirnya Perpres 15 tahun 2018 dan program Citarum Harum berakhir pada 2025. 


Maka diperlukan komitmen dan aksi nyata yang signifikan, mengingat masih ada beribu masalah yang menyertai agar terwujud kesinambungan program pemeliharaan. Agar sungai Citarum yang sudah mulai hijrah dari tercemar berat ke tercemar ringan tidak kembali lagi ke alam kegelapan atau jahiliyah seperti sebelum adanya program Citarum Harum.

Ada waktu kurang dari 2 tahun bagi para pemangku kepentingan untuk melakukan konsolidasi komitmen, strategi dan program kolaborasi untuk memastikan konservasi program Citarum Harum tetap terjaga. Termasuk mengkaji dan mereposisi peran 23 Sektor Citarum Harum, yang merupakan ujung tombak sungai Citarum bisa hijrah selain adanya keterlibatan signifikan multi pihak pada program Citarum Harum.


Juga menyoal kebijakan publik pemerintah pusat dan daerah terkait sumber daya air, yang saat ini masih dianggap bukan merupakan prioritas pembangunan di Indonesia. Maka tidak mengherankan jika kita melihat dengan jelas banyak sungai di Indonesia dibiarkan terbengkalai. Penyebab utamanya bukan ketersediaan anggaran, utamanya karena sudut pandang para pengampu kebijakan terkait pengelolaan sumber daya air yang masih ego sektoral belum terpadu.

Sungai Citarum memiliki nilai vital dan strategis, menjadi urat nadi kehidupan puluhan juta warga Jawa Barat dan DKI. Menjadi pemasok utama 2000 mega watt sumber listrik bagi pulau Jawa dan Bali. Mengairi  sawah seluas 400 ribu Ha. Sumber bahan baku PDAM sebagian kabupaten kota di Jawa Barat dan DKI. Sumber air bagi 3000an Industri yang ada di sepanjang bantaran sungai Citarum. Dan lahan budidaya ikan dengan memanfaatkan waduk Cirata, Saguling dan Jatiluhur. 


Lima tahun yang lalu, sungai sepanjang 269 kilometer yang melintasi 13 kabupaten dan kota di Jawa Barat ini dinobatkan sebagai satu dari sepuluh wilayah terkotor di dunia. Predikat yang disandang Citarum berdasar laporan dari Green Cross Switzerland dan Blacksmith Institute pada 2013. Dalam daftar 10 daerah paling tercemar itu, Indonesia diwakili oleh Sungai Citarum di urutan ketiga. 

Sebelum ada program  Citarum Harum, warga sekitar Majalaya mengenang sungai ini dulu tidak ada airnya, yang ada sampah menggunung, bahkan orang  bisa jalan di atas sungai. Alhamdulilah sekarang airnya mengalir dan mulai jernih. Saat ini, alhamdulilah ikan mulai hidup kembali,  termasuk species ikan yang dulu sempat menghilang kini mulai ada.

Upaya penanggulangan Sungai Citarum juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab setiap warga dalam membela negaranya. Bela negara tidak dimaknai hanya menghadapi musuh dari luar, tetapi ancaman kerusakan alam dan ekosistem lingkungan juga harus menjadi komitmen kuat. Mengingat, kerusakan alam adalah wujud ancaman negara yang nyata.


Keberhasilan menghijrahkan sungai Citarum dari tercemar berat ke tercemar ringan berkat peran dan kolaborasi multi pihak atau pentahelix. Penanganan Sungai Citarum, bahkan dijadikan model atau percontohan oleh pemerintah pusat dalam menangani hal-hal serupa. Namun saat ini, kolaborasi  pentahelix yang awal program Citarum Harum   demikian gegap gempita, kini  dirasakan mulai melemah dan memudar.

Secara historis, sesungguhnya sudah ada 3 program besar untuk rehabilitasi sungai terpanjang di Jawa Barat itu. Pada periode 2000-2003, pernah ada program Citarum Bergetar. Kata “bergetar” ialah singkatan bersih, geulis (cantik dalam bahasa Sunda), dan lestari. Program Citarum bergetar ini berfokus pada pengendalian pemulihan konservasi dan pemberdayaan masyarakat.

Namun di kemudian hari, program ini dianggap belum optimal mengatasi pencemaran di sungai.
Masalah di sungai Citarum kian kompleks. Mulai dari deforestasi hutan di area hulu, puluhan ribu sampah yang tak terangkut tiap harinya, kotoran manusia dan ternak, ratusan ribu ton limbah industri per hari, hingga persoalan tata ruang di hulu dan sepanjang bantaran sungai.

Pada tahun 2008, pemerintah menyepakati tawaran pinjaman dari Asian Development Bank (ADB) untuk memulihkan Citarum. Besar paket pinjaman itu senilai USD 500 juta atau sekitar Rp 6,7 triliun.  Program jangka panjang 2008-2023 ini bernama Integrated Citarum Water Resources Management Investement Program (ICWRMIP) atau Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di Wilayah Sungai Citarum. 

Namun program tersebut mendapatkan kritikan keras dari  Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KRuHA/Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air) yang berpendapat bahwa restrukturisasi sektor sumber daya air dengan menempatkan air sebagai barang ekonomi hanya akan menjadikan air sebagai komoditas dan mendorong privatisasi air, yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan petani. 

KRuHA juga berpendapat bahwa negara memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya, termasuk air. Menempatkan air sebagai barang ekonomi, akan mengalihkan tanggung jawab untuk menyediakan air dari negara ke sektor swasta. Selain itu, juga akan merubah kontrak sosial antara negara dan rakyatnya menjadi hubungan bisnis antara produsen dan konsumen. 

Pemprov Jabar pada tahun 2013, kembali mencanangkan program pemulihan Citarum dengan nama Citarum Bestari. Bestari yang juga bermakna “baik budi pekerti” merupakan kependekan dari bersih, sehat, indah, dan lestari.

Salah satu programnya bernamaa eco village yang dilaksanakan DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Provinsi Jabar. Program itu mengajarkan bagaimana mengurangi sampah dengan cara dipilah dan diolah. Pelaksanaannya tidak optimal karena belum ada sinergitas program dengan kabupaten-kota lainnya.

Faktor kegagalan program Citarum Bergetar, Citarum Terpadu dan Citarum Bestari harus menjadi lesson learn dan pembelajaran bagi program Citarum Harum untuk melangkah kedepan secara terpadu dan senantiasa melakukan manajemen perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement) dalam tata kelolanya kedepan.

Menyoal keberlanjutan Citarum Harum, hakekatnya adalah menyoal tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah. Menyoal pengusaha yang tanpa dosa membuang limbah ke sungai Citarum untuk diminum warga Jawa Barat dan Jakarta tanpa merasa bersalah. 

Juga menyoal peran signifikan unsur akademisi, komunitas dan media yang memiliki peran kuat bagi keberlanjutan Citarum tetap harum. Secara individual menyoal komitmen dan tanggung jawab kita terhadap citarum tetap harum sebagai jihad lingkungan bagi masyarakat Jawa Barat dan Indonesia.

Jangan sampai menunggu Gary dan Sam Bencheghib lainnya, kakak beradik asal Prancis yang memberi contoh dan aksi nyata membersihkan limbah sampah sungai Citarum  mendokumentasikan dan memviralkan keprihatinan mereka akan pencemaran sungai Citarum ke seluruh dunia.

Dengan perahu kayak yang dibuat dari botol-botol plastik bekas, Gary menyusuri aliran Citarum yang dipenuhi sampah plastik dan limbah cair. Semua kotoran tergambar jelas. Video yang di-publish pada 29 Agustus 2017 itu seketika viral dan menyentil hingga Presiden Jokowi turut merespon dan menggugah stake holder terkait untuk tergerak dan berbuat bagi Citarum.

Semoga komitmen kuat bagi Citarum tetap harum dari pemerintah pusat, pemerintah daerah termasuk kelak yang nanti akan terpilih menjadi pemimpin di pemerintahan pusat dan daerah, tidak ada pilihan lain kecuali tetap berkomitmen kuat melanjutkan program Citarum Harum, bagi kemaslahatan Indonesia saat ini dan kedepan.

Termasuk peran para akademisi, pengusaha penghasil limbah Citarum, komunitas masyarakat peduli Citarum dan media untuk turut mensyiarkan hal yang positif dan mengkritisi hal yang keliru. Bergandengan tangan dengan pemerintah untuk menghadirkan sinergi dan kolaborasi yang kokoh untuk merawat Citarum tetap harum selamanya. Semoga !

#Sumber Eki Baihaki ( Dosen Unpas /Akademisi)/Kompas.

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2019 Majalah CEO | All Right Reserved